Home Artikel Rohani Kristen Relationship Serial Tips Menemukan Teman Hidup (Part 1. BERGAUL SECARA SEHAT) | Renungan...

Serial Tips Menemukan Teman Hidup (Part 1. BERGAUL SECARA SEHAT) | Renungan Harian

Serial Tips Menemukan Teman Hidup (Part 1. BERGAUL SECARA SEHAT)

By Donald JT Siahaan

PENGANTAR

TH (Teman Hidup) identik dengan suami atau istri bagi yang sudah diresmikan/dilegalkan secara gereja dan catatan sipil. Bagi yang persiapan ke hubungan resmi/legal, ada istilah TUNANGAN. Lalu, yang sedang menjajagi hubungan disebut PACAR.

Kebutuhan akan TH adalah wajar pada manusia sesuai tingkat perkembangan dirinya. Tentu saja anak balita (bawah lima tahun) apalagi tiga tahun belum membutuhan TH, hidupnya masih  berpusat pada diri (egosentris). Bagaimana anak SD? Ironi, beberapa anak PMK sudah memiliki ‘rasa’ terhadap lawan jenis. Ini tidak normal (tolong bapak/ibu nya membereskan ini bila ada). Memang, akibat alat-alat kebudayaan dan pergaulan, anak-anak SD pun kini sudah terbentuk ‘rasa’ TH dalam dirinya.

Anak remaja (anak teenager, usia SMP & SMA) mulai memiliki ‘rasa’ kelompok, mencari identitas diri dalam solidaritas kelompok. Mulailah ada ‘rasa TH”, ‘rasa tertarik’ pada lawan jenis. Saya pribadi mulai mengalami ini pada akhir masa SD dan awal SMP (lalu saya belajar melatih mengendalikan ‘rasa” itu agar tidak mengganggu tugas utama saya: belajar). Ini wajar, karenanya teenager haruslah hidup berGAUL dan membangun PERSAHABATAN (friendship); hanya sebatas itu. Eee, ternyata sebagian anak teenager malah sudah  berpacaran?! Sehatkah ini? Noo, noo, noo. Halo teenager, tugas utamamu BELAJAR, optimumkan waktu dan hidupmu untuk mempersiapkan diri mengembangkan kemampuan hidup mandiri. BERGAUL: harus. BERSAHABAT:bagus. BERPACARAN di usia SMP & SMA: hangus.

Tibalah kepada PEMUDA-PEMUDI DEWASA (young adults). Hai YOUNG ADULTS, lihat lah sekelilingmu, banyak muda-mudi terjerumus dalam pergaulan bebas, gonta-ganti pacar, hamil sebelum nikah, atau.. Bila pacaran, mudah cemburu buta, penuh romantisme (setelah menikah hilang romantik ditukar rematik rohani). Ada juga muda-mudi yang TAKUT BERPACARAN, karena melihat contoh keluarga Kristen yang pernikahannya diwarnai intrik pertengkaran, kekerasan rumah tangga, selingkuhan, berumur pendek, gampang kawin cerai, broken home.. atau istri sekedar mesin produksi anak.

Seri TIPS MENEMUKAN TEMAN HIDUP ini dipecah dalam beberapa artikel. Tingkat pertama yang harus dilewati setiap YOUNG ADULTS agar dapat menemukan TH secara wajar adalah PERGAULAN yang SEHAT.

PERGAULAN ADALAH KEBUTUHAN DASAR: PENUHILAH

– PERGAULAN adalah kebutuhan  mendasar tiap manusia (sebagai mahluk sosial) sejak lahir: berkomunikasi, hidup komunal (bersama), hidup memberi pengaruh dan manfaat bagi komunitas

Kemampuan Berkomunikasi. Pergaulan yang sehat membawa kita makin mampu mengutarakan ide/pendapat/pikiran, perasaan secara makin dewasa (tidak kekanak-kanakan). Ini adalah modal penting dalam hidup pernikahan kelak. Bagi Young Adults yang masih sulit mengutarakan pikiran dan perasaannya kepada orang lain, anda harus berjuang mengembangkannya agar kelak hidup pernikahanmu berhasil. Banyak young adults PMK memiliki sifat pendiam, tertutup (sulit ngomong gitu lho), defensif (takut salah, takut kecewa, takut dicela, kalau-kalau salah ngomong). Kembangkan sikap terbuka dan berani berkata.

Hidup bersama. Dalam hidup bersama ada interaksi pikiran dan perasaan. Young adults yang paten akan mampu mengenali pikiran dan perasaan teman bergaulnya sehingga terjadi pendewasaan masing-masing. Tatkala seorang young adults masih membawa sifat kekanak-kanakannya yang egosentris (ditemukan lho di PMK banyak young adults yang seperti ini), terjadilah gesekan pikiran dan ‘sakit’ perasaan. Semakin dekat/akrab/karib hubungan kita terhadap seseorang, semakin besar gesekan yang menghasilkan ‘panas’. Tapi justru, semakin kita didewasakan dalam memberi respon yang positif. Bukan malah makin menghindar dan menjauh. Young adults yang sensitif perasaannya (termasuk jaga-jaga perasaan orang lain) dicurigai belum dewasa dalam hal yang satu ini, masih egosentrik.

– Hidup memberi pengaruh dan manfaat bagi sesama.  Pergaulan mengembangkan bakat-bakat sosial sebagai manusia. Pergaulan akan memampukan seseorang mengekspresikan bakat-bakat pribadi yang terpendam (diransang untuk tumbuh dan berkembang). Pergaulan membangun kemampuan bekerjasama dalam melaksanakan tugas kehidupan.

– Pergaulan bertujuan banyak di antaranya mengembangkan identitas diri (self image), sebuah pribadi yang utuh, unik dan mempunyai nilai pada dirinya sendiri. Cacat-cacat pribadi dikenali dan diperbaiki secara obyektif dan realistis (nyata). Dengan demikian, young adults yang bergaul sehat, hari demi hari bertumbuh karena rela dikritik, dikoreksi, diungkap apa yang kurang dan lemah yang harus diperbaiki dalam dirinya.

– Salah satu ekspresi penting dari pergaulan adalah mengembangkan eksistensi sebagai SEXUAL BEING (mahluk seksual): sebagai laki-laki atau wanita (Kej 2:18-25); Bukan hanya dalam arti berbeda kelamin dan emosi, tapi berbeda peran, cara pikir, tingkah laku, cara berekspresi dll. Sekaligus memahami bahwa perbedaan tidak berarti hirarki (pria tidak lebih tinggi dari wanita).

– Pergaulan tidak mungkin mengeliminasi interaksi dan keterlibatan SEKSUAL (tapi jangan sampai menimbulkan SEXUAL ARROUSAL (rangsangan sex pada alat kelamin, ini adalah perzinahan [Mat 5:27-28])

– Pergaulan sepatutnya menyadarkan seorang muda tentang pentingnya mempunyai rencana hidup bersama manusia lain (dan hidup adalah bukan miliknya tapi milik Tuhan sehingga rencana itupun adalah tunduk pada rencana Tuhan, Yes 55:8-9). Hidup dalam visi dan misi bersama, misalnya di PMK, di pelayanan sekolah minggu gereja dll.

EFEK GAGAL BERGAUL SEHAT TERHADAP PENENTUAN PASANGAN: CEGAHLAH

Kegagalan untuk mengembangkan diri dan bakat sosial ini sering kali menjadi penyebab kegagalan menemukan pasangan hidup (salah langkah, salah pilih). Contoh:

– hidup membujang seumur hidup karena self image yang salah (merasa diri rendah, tidak berarti, takut ditolak atau dikecewakan, terlalu tinggi status). Seringkali orang seperti ini memakai topeng pakaian mewah, make up berlebihan, komunikasi dibuat-buat, duduk disudut dan menyendiri, dll.

– Sikap ideal yang tidak masuk akal (mau menikah dengan seorang yang ideal dengan standar tinggi yang tidak penting)

– sosial image buruk (melihat banyak pernikahan orang kristen gagal, pertengkaran, ibu hanya sebagai pembantu RT sehingga phobia terhadap pernikahan),

– konsep yang buruk tentang lawan jenis (ibu/bapak yang otoriter, kejam; Bapak yang lemah/tidak bertanggung-jawab)

– ada bakat anti-sosial (tidak mau diganggu dan menggangu privacy diri/orang lain)

– Ketergantungan yang berlebihan (kurang dididik untuk independen) pada orang sehingga kesulitan mengambil keputusan

– Sexual taboo (lingkungan keluarga menanamkan konsep bahwa seks itu negatif, berdosa dibicarakan), ini akan menekan kebutuhan seksual [menolak make-up, parfum, pacaran]

PENUTUP

Fase yang tidak dapat dilewatkan untuk menemukan TH adalah PERGAULAN. Keberhasilan mengenali identitas diri, mengembangkan citra diri, meningkatkan kemampuan sosial pada diri, membangun kemampuan hidup bersama menjadi MODAL penting yang mengarahkan anda young adults yang memiliki ‘kekosongan’ dalam hal TH. Bersiaplah menemukan hari indah pertemuan dengan si TH itu dengan mempersiapkan dirimu melalui pergaulan yang sehat.