Home Artikel Rohani Kristen Manusia dan Tuhan Siapakah Debata (Dewata) itu? | Renungan Harian

Siapakah Debata (Dewata) itu? | Renungan Harian

Siapakah Debata (Dewata) itu?

Penulis : Rheinhard Sinaga
Sumber: http://artikel.sabda.org/siapakah_debata_dewata_itu

Tuhan melarang penyembahan kepada ilah-ilah asing [Keluaran 20 ayat 3-5]. Penyembahan kepada ilah-ilah asing merupakan perzinahan rohani yang menduakan Tuhan [Imamat 20 ayat 6]. Siapakah yang termasuk ilah-ilah asing? Ilah-ilah asing adalah ilah, tuhan sembahan bangsa-bangsa [1 Tawarikh 16 ayat 26]. Hanya Tuhan yang telah datang sendiri ke dunia ini, Tuhan kita YESUS KRISTUS, sebagai satu-satunya TUHAN pencipta alam semesta yang patut disembah oleh seluruh ciptaan-Nya. Ilahnya orang di tanah kanaan yaitu ilahnya orang Amori, ilahnya orang Het, ilahnya orang Feris, ilahnya orang Kanaan, ilahnya orang Hewi, dan ilahnya orang Yebus adalah berhala.

Alkitab mencatat dari berbagai suku bangsa mengenal dan menyembah ilah atau tuhan lokal. Perhatikanlah peta Alkitab pada Alkitab saudara, yaitu peta kerajaan Israel dan Yehuda. Buatlah catatan peta pada Alkitab saudara bahwa bangsa Moab menyembah dewa Kamos [1 Raja-raja 11 ayat 7], Baal Peor [Bilangan 25 ayat 23]. Bangsa Amon menyembah dewa Milkom dan dewa Molokh [1 Raja-raja 11 ayat 5], bangsa Filistin menyembah dewa Dagon [Hakim-hakim 16 ayat 23].

Di Koy Sidon orang menyembah Asytoret [1 Raja-raja 11 ayat 5]. Bukan hanya di tanah Kanaan tetapi juga di seluruh bangsa-bangsa di muka bumi ini masing-masing telah mengenal dan memuja ilah-ilah atau tuhan-tuhan lokal. Debata Mulajadinabolon adalah salah satu ilah lokal, berhala atau malaikat Iblis yang memperkenalkan dirinya sebagai tuhan untuk menipu orang Batak. Penyebutan Debata Mulajadinabolon biasanya disingkat dengan sebutan Debata saja.

Di dalam sistem religi/agama/kepercayaan Batak Debata Mulajadinabolon adalah pencipta pulau Sumatera dengan segala isinya melalui tangan manusia-dewi Siborudeakparujar. Manusia pertama orang Batak yaitu si Raja Batak dipercayai sebagai keturunan Siraja Ihatmanisia dan Siboru Itammanisia. Kedua orang ini adalah hasil perkawinan Siborudeakparujar dengan Tuan Rumagorgarumauhir. Siborudeakparujar adalah anak Debata Bataraguru. Tuan Rumagorgarumauhir adalah anak Debata Balabulan. Debata Bataraguru dan Debata Balabulan adalah anak Debata Mulajadinabolon hasil perkawinan dengan Manuk Hulambujati.

Manusia pertama atau leluhur orang Batak, si Raja Batak yang dipercayai tinggal di dolok Pusuk Buhit adalah keturunan Debata Mulajadinabolon. Kepercayaan ini menyangkali penciptaan manusia pertama di taman Eden juga memutuskan asal-usul orang Batak (sesungguhnya bermula dari Adam dan Hawa yang diciptakan oleh Tuhan dari debu tanah). Iblis telah menipu orang Batak dengan menyatakan diri sebagai asal mula atau pencipta manusia sehingga manusia (orang Batak) harus menyembah, memuja, dan menuruti setiap perintah/larangan Debata Mulajadinabolon.

Dari sistem agama Batak, Debata Mulajadinabolon adalah nama sembahan. Roma 1 ayat 23 mencatat bahwa manusia telah menggantikan kemuliaan Tuhan yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana. Debata Mulajadinabolon digambarkan memiliki istri, berketurunan, memiliki cemburu, amarah. Anak-anak Debata Mulajadinabolon juga saling mengawini, berketurunan, saling jatuh cinta, saling bersaing, saling menipu dan dapat mati. Salah seorang anak Debata (Dewata) Balasori : Sirajaindainda bunuh diri karena takut cintanya ditolak Siborusorbajati anak Debata Bataraguru.

Betapa jauhnya perbedaan antara Tuhan Yang Maha Mulia dengan berhala bangsa-bangsa [1 Tawarikh 16 ayat 26, Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah berhala, tetapi TUHAN-lah yang menjadikan langit]. Orang yang percaya kepada TUHAN YESUS dilarang menyembah dan memuja Debata Mulajadinabolon, tetapi di dalam kehidupan orang Batak pemujaan terhadap Debata Mulajadinabolon masih kuat melalui pelaksanaan ADAT ISTIADAT yang akan diuraikan lebih lanjut.

II. ADAT ISTIADAT SUKU-SUKU BANGSA ITU BERHALA !

Kata kebiasaan pada kalimat…jangan kamu hidup menurut kebiasaan mereka…dapat diterjemahkan dengan kata adat. Alkitab terjemahan lama kalimat pada Imamat 18 ayat 3 berbunyi sebagai berikut …jangan kamu menurut adat-adat mereka itu. Alkitab bahasa Batak (Bibel) berbunyi… djala ndang jadi ihutonmuna adat nasida i…

Adat siapa yang tidak dapat diikuti? Adat bangsa-bangsa dan bukan hanya adat orang di tanah Mesir di mana orang Israel berdiam dan adat bangsa-bangsa di tanah Kanaan yaitu adat bangsa Amori, bangsa Het, adat bangsa Hewi dan sebagainya. Demikian juga terhadap adat-adat lain yang ada di dunia ini termasuk adat-adat istiadat yang ada di lingkungan kita. Adakah adat istiadat nenek moyang manusia yang diilhami oleh Iblis ini lebih luhur dari perintah Tuhan YESUS?

Tuhan YESUS dengan jelas dan tegas mengatakan jangan pernah mematuhi adat istiadat manusia dalam rekaman Injil Markus 7 ayat 1-13. Bahkan Tuhan YESUS marah besar ketika manusia itu dengan dalihnya sendiri mengenyampingkan perintah Tuhan! Ironisnya yang terjadi pada saat ini banyak orang Batak yang lebih takut disebut tak beradat daripada tak ber-Tuhan! Mungkin orang-orang yang berasal dari suku-suka bangsa lain juga demikian! Benarlah apa yang dikatakan Tuhan YESUS dalam Markus 7 ayat 8-9; “ Perintah Tuhan kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia. YESUS berkata pula kepada mereka:  Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Tuhan, supaya kamu dapat memelihara adat istiadat kamu sendiri. Tuhan YESUS akan merubah adat istiadat itu seturut dengan waktu dan cara-Nya sendiri! [Baca Kisah Para Rasul 16 ayat 14].

Oleh karena itu janganlah menuruti kebiasaan atau adat orang Batak Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, Angkola, Mandailing, Nias, Melayu, Jawa, Ambon, Minahasa, Tiong Hoa dan lain-lain. Upacara adat tidak terlepas dari agama suku bangsa. Sesungguhnya upacara adat adalah bagian dari bentuk pemujaan dan ketaatan kepada ilah-ilah lokal. Bahwa adat istiadat orang Batak yang dilaksanakan dengan patuh oleh orang Batak sekarang ini adalah agama BATAK PARMALIM yang diilhamkan oleh Iblis. Namun banyak orang Batak akan dengan cepat menyanggah bahwa Adat orang Batak bukanlah agama tapi kebudayaan. Saya membaca satu alinea dari buku acara dalam merayakan 100 tahun Sending HKBP [Huria Kristen Batak Protestan], isinya yaitu :

Kondisi masyarakat Batak yang hidup di daerah pedalaman Sumatera Utara pada zaman dahulu amat memprihatinkan; jauh dari jangkauan kemajuan di dalam setiap aspek kehidupannya. Terbelakang dalam kehidupan sosialnya, hal ini ditandai dengan kehidupan yang amat miskin dan sederhana. Terbelakang dalam bidang pendidikan, hal ini ditandai dengan masyarakat yang buta huruf dan penuh dengan kebodohan. Mereka hidup dalam adat istiadat yang mengikat dan yang harus dilaksanakan supaya ilah yang disembah jangan marah. Peperangan antar kampung dan antar marga, saling bermusuhan dan mendengki merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-harinya. Agama suku yang bernama Parmalim menyembah Debata Mula jadi Na Bolon sebagai ilahnya. Ilah inilah yang merupakan agama asli orang Batak pra datangnya Injil.

Berbicara tentang upacara adat Batak haruslah dihubungkan dengan agama suku bangsa Batak. Ada lima kategori yang bisa diambil pendekatannya untuk menunjukkan bahwa adat istiadat Batak tersebut merupakan agama.

– Pertama, pada umumnya setiap agama mempunyai Pemimpin atau Imam. Di dalam kegiatan adat istiadat Batak ada seorang Pemimpin yang disebut Raja Parhata atau seorang Datu, dialah yang memimpin ritual adat istiadat Batak.

– Kedua, umumnya setiap agama mempunyai Kitab, dalam agama Batak ada dua kitab yang disebut Pustaha Tumbaga dan Pustaha Laklak.

– Ketiga, adanya upacara-upacara atau ritual. Di dalam adat istiadat Batak ada banyak ritual-ritual yang dilaksanakan seperti upacara perkawinan (marhajabuan), kematian (hamatean), menggali tulang-belulang leluhur (mangongkal holi), kelahiran (mangharoan), kehamilan (mangganje), pemandian dan pemberian nama (martutu aek dan mampe goar), memasuki rumah (mangampoi jabu), menyulangi orang tua (manulangi). Di dalam pelaksanaan ritual ini dalam adat istiadat Batak ada alat penyembahan yang selalu harus dipakai untuk menyempurnakan ritual tersebut yaitu ULOS.

Ulos adalah kain untuk upacara dengan berbagai fungsi dan tenunannya. Pada awal mulanya, Ulos Batak di zaman dahulu selalu diawali dengan permohonan kepada seorang ahli-tenun untuk membuatkan satu jenis ulos tertentu. Si pemesan harus menyediakan tiga lembar daun sirih serta tiga rupa “ itak(tepung beras yang dikepal) yang tiga warna (putih, kuning, merah) ditempatkan dalam bakul kecil beserta uang enam rupiah batu. Sesajian (sesajen) ini didoakan secara animistis dengan kata-kata a.l.: Ale ompung mulajadi na bolon…; barulah ditentukan hari yang baik untuk memulai menenun ulos itu. Cara ini masih dilakukan hingga masa kini, jika memesan ulos yang bertujuan khusus. Dapatlah disimpulkan bahwa begu(setan-lah) yang “ mengijinkan atau mensponsori ulos tadi.

Menurut fungsinya, ulos dalam upacara adat Batak, dikenal (misalnya) berbagai ulos, dengan kegunaannya :

Ulos Tondi;  Ulos yang diselubungkan kepada seorang calon ibu yang mengandung tujuh bulan bayi pertamanya! Dengan diselubungkannya ulos tondi (Indonesia : kain roh) ini, diharapkan bayi itu lahir dengan selamat. Ulos tondi adalah jaminan keselamatan ibu dan bayi, begitulah rupanya kepercayaan animistis di kala itu. Siapa yang menjamin keselamatan itu? Tentunya suatu tondi atau roh, yang mampu melindungi ibu dan bayinya. Roh yang mana itu? Yang pasti bukan Roh Kudus!, sebab orang Batak telah mengenal ulos tondi ratusan tahun sebelum ke-kristen-an di tanah Batak! Setelah bayi lahir boleh jadi ia akan beroleh Ulos Parompa yakni ulos dengan kegunaan khusus: untuk menggendong bayi, sampai bayi pandai berjalan;
Ulos Parompa;  diberikan oleh tulang(paman) si bayi, khusus untuk menggendong bayi itu;
Ulos Sampetua;  adalah ulos yang diberikan kepada seseorang yang baru saja mengalami musibah atau sakit berat, dengan harapan agar ia berusia lanjut;
Ulos Saput;  adalah ulos yang diberikan khusus pada acara kematian, biasanya digunakan untuk menutupi peti mati;
Ulos Tujung;  diberikan kepada seorang perempuan yang baru kematian suami untuk dikenakan selama jangka waktu tertentu;
Ulos Holong;  diberikan pada waktu seorang bayi dibaptis secara Kristiani; juga biasa diberikan pada waktu seseorang lepas sidi (acara Kristiani).

Perhatikan saudara, betapa acara animistis secara agresif telah merambah kekristenan, sehingga acara Gereja (Baptis dan Naik Sidi) jadi merosot sehingga harus disempurnakan dengan pemberian ulos, benda-benda dari zaman kegelapan! Kiranya Tuhan YESUS mengampuni kesesatan bangsa Batak!

– Keempat, adanya doa-doa. Di dalam adat istiadat Batak ada doa-doa yang dipanjatkan kepada sembahannya bahkan mantra-mantra juga disampaikan pada ritual adat Batak. Contohnya pada peresmian tugu marga leluhur yang dilakukan oleh seluruh keturunan marga, darimanapun mereka berasal, dipanjatkan beberapa tonggo(mantra, Pen.) kepada Debata mulajadinabolon agar mendatangkan rohnya ke tugu tersebut, seperti:

Ditonggo asa diparo Mulajadinabolon, tondi ni ompu tu tuguna. Binahen saring-saring ni amanta on tu tambak na guminjang, tu ginjang ma parhorasan, asa tu ginjang ma panggabean, patumpahon ni ompunta martua Debata dohot tumpahon ni tondi ni angka raja di loloan

Artinya: Didoakan supaya didatangkan oleh Mulajadi nabolon rohnya ke tugu ini. Dengan ditaruhnya tulang belulang bapak ini, ke kuburan atau tugu yang tinggi, kiranya meningkatlah kemakmuran, keberhasilan dan kesejahteraan yang dikerjakan oleh Debata yang berbahagia, dan disokong oleh roh-roh para raja yang hadir si sini.

Mantra ini secara langsung mengundang roh-roh setan untuk datang ke tempat itu dan memberkati kegiatan dan seluruh keturunan marga leluhur! Betapa dalamnya penyesatan yang terjadi kepada orang Batak yang mengaku Kristen yang dilakukan oleh Iblis dan mau pula dipatuhi oleh orang Batak bahkan setia melakukannya!

Berbelas kasihanlah Tuhan YESUS kepada orang Batak yang mengaku pengikut-Mu!

– Kelima, adanya umat. Umat dalam agama Batak tentunya orang Batak sendiri yang mau patuh dan setia melaksanakan adat istiadat agama suku bangsa Batak.

Sistem religi Batak itu mengilhami peserta upacara adat, yaitu dalihan natolu dengan suhi ampang na opat yaitu hula-hula, dongan tubu, boru dan yang digolongkan sebagai sihal-sihal. Sistem religi ini juga mensyaratkan penentuan waktu pelaksanaan upacara, biasanya dilakukan dengan maniti ari atau mencari hari-hari baik melalui parhalaan atau kapan waktu mangampehon tujung, kapan waktu mangan indahan sibuha-buhai. Agama Batak ini juga mempergunakan benda-benda upacara adat yaitu ulos.

Dalam hal ini dipersiapkan secara cermat berapa jumlahnya, jenis ulos apa yang dipakai. Perlengkapan penyembahan lainnya adalah tudu-tudu sipanganon, ihan(dengke), panjuhuti, gondang sabangunandan sebagainya. Hal ini semuanya diatur menurut peraturan yang telah digariskan alam gaib oleh Dewata dengan demikian upacara adat Batak bukan sekedar yang disepakati bersama yang diterima, diwariskan dari nenek moyang belaka melainkan diatur oleh alam gaib.

A. Sumber Upacara Adat Batak

Agama Batak mempercayai alam gaib (alam tidak kasat mata, alam roh) mempengaruhi upacara adat. Upacara adat Batak merupakan serangkaian aktifitas bermakna yang diilhamkan oleh roh yang menjadi sembahan leluhur Batak yaitu Siraja Batak yang disebut Debata Mulajadinabolon yang biasa dipanggil Debata. Pengilhaman itu dapat kita lihat dalam cerita lisan (turi-turian). Turi-turian itu bukan sekedar mitos seperti anggapan banyak orang yang rasionalistik. Turi-turian tersebut juga menyimpan beberapa fakta rohani dari asal-muasal kehidupan religius leluhur orang Batak. Melalui turi-turian kita dapat menelusuri sumber awal dari keberadaan adat Batak.

Si Boru Deak Parujar dengan suaminya Tuan Ruma Gorga memiliki sepasang anak kembar yaitu Siraja ihatmanisia dan Siboru itammanisia. Ketika itu hubungan manusia dengan dengan para dewa harmonis di mana mereka sering berjumpa secara langsung di puncak Pusuk Buhit. Kedua anak itu melakukan hubungan sumbang sehingga para dewa marah. Debata Mulajadi Nabolon kemudian membawa kedua orang tua anak itu ke langit. Salah satu dewa yaitu Debata asi-asi diperintahkan oleh Debata Mulajadi Nabolon menemani ke dua anak kembar itu. Karena merasa kasihan, Debata asi-asi meminta supaya Debata Mulajadi Nabolon tetap membimbing ke dua anak itu.

Debata Mulajadi Nabolon memberikan adat sebagai pembimbing mereka dengan cara mamemehon (menyuapkan) adat ke mulut keduanya. Setelah itu para dewa menjauh dan tidak mau berhubungan langsung dengan manusia. Supaya tetap mendapat perkenanan Debata Mulajadi Nabolon, ke dua anak kembar itu serta keturunannya harus memelihara adat yang diberikan oleh Debata Mulajadi Nabolon.

Pengilhaman oleh roh sembahan leluhur dinyatakan secara implisit dalam istilah mamemehon (disuapkan). Jadi terlihat bahwa upacara adat Batak bukan merupakan hasil pemikiran dari leluhur semata tetapi merupakan konsep, ide, paradigma yang ditransferkan ke pikiran leluhur oleh roh sembahannya. Hal ini kemudian diajarkan secara lisan kepada keturunannya. Pemahaman yang diilhamkan inilah yang harus dilakukan terus menerus agar keturunannya mendapat berkat dari Debata Mulajadi Nabolon. Pantun yang berbunyi : Tuatma nan dolok martungkat sialagundi, napinungka ni ompunta sijolo-jolo tubu diihutton naparpudi yang selalu mengingatkan orang Batak supaya tetap melaksanakan segala ketentuan adat dari leluhur.

Apakah orang Batak pernah bertanya apa yang sudah dibuka dan dimulai oleh para leluhur, apa yang mengilhami mereka dan kenapa orang Batak harus patuh kepada apa yang sudah dilakukan leluhur yang adalah penyembah berhala!? Bukankah kita seharusnya mematuhi kebenaran Injil yang disabdakan YESUS, bahwa hanya Dia-lah jalan, kebenaran dan hidup? [Baca Yohanes 14:6 dan Yohanes 6:63]. Dengan perkataan lain, yang berasal dari Tuhan YESUS sajalah yang dipatuhi, yang bukan berasal dari Tuhan YESUS harus ditolak!

Kita harus menyadari bahwa selain Tuhan, Iblis juga dapat memasukkan berbagai gagasan pikirannya ke hati dan pikiran manusia. Alkitab memberikan contoh yaitu ketika Petrus menegor YESUS berkaitan dengan pernyataan-Nya tentang rencana penyaliban, dan kemudian Petrus dimarahi YESUS. Pernyataan Petrus ini didorong oleh kehadiran Iblis yang kemudian menyuntikkan pikirannya ke dalam pikiran Petrus, yang tercetus pada ucapannya. Reaksi YESUS adalah:

Maka berpalinglah YESUS dan sambil memandang murid-muridNya Ia memarahi Petrus, kataNya : Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Tuhan, melainkan apa yang dipikirkan manusia.[Markus 8 ayat 33]. Contoh lain, ketika Iblis memasukkan gagasannya ke dalam pikiran Daud untuk melakukan sensus penduduk, seperti tertulis pada 1 Tawarikh 21 ayat 1, 7; [1] Iblis bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel. [7] Tetapi hal itu jahat di mata Tuhan, sebab itu dihajarNya orang Israel.

Bimbingan langsung Iblis secara gaib di dalam hati manusia pada saat ini, juga dapat kita lihat di dalam aktifitas para dukun di dalam memeriksa, menemukan penyakit dan mengobati para pasiennya.

B. Implikasi Pelaksanaan Adat Istiadat Batak Dengan Kehidupan Gereja Batak

Upacara penyembahan nenek moyang yang merupakan inti agama Batak pada masa kegelapan merebak dilakukan oleh masyarakat Batak Kristen sekarang. Kebangkitan penyembahan ini mengambil bentuk baru yang ditandai dengan menjamurnya pembangunan tugu-tugu marga Batak. Anda dapat melihat banyaknya tugu yang dibangun sepanjang jalan lintas antara kota Parapat dengan kota Tarutung. Tugu tersebut dibangun oleh keturunan marga yang berasal dari satu garis leluhur (ompu parsadaan).

Pembangunan ini telah menghabiskan dana sangat besar, bahkan mendatangkan kemerosotan rohani yang dalam. Kalau dulu Nommensen mau dikorbankan oleh orang Batak kepada roh sembahan leluhur marganya di atas bukit Siatas Barita, maka sekarang yang terjadi sebaliknya. Banyak Pendeta maupun Penatua (Sintua) memimpin kebaktian pada acara pemujaan roh nenek moyang di tugu-tugu marga. Ironisnya lagi, pelaksanaan upacara di masa kegelapan itu dibungkus dengan kebaktian gerejawi yang dilaksanakan di lokasi pendirian tugu marga di mana tulang belulang leluhur marga itu dikubur kembali [Bandingkan Matius 23:29]. Proses pembangunan tugu juga banyak melibatkan kuasa setan melalui datu (spirit medium), misalnya untuk menentukan lokasi penggalian tulang-belulang leluhur marga.

Sinkritisme orang Kristen Batak dapat kita lihat juga dalam pelaksanaan perkawinan. Perkawinan orang Kristen Batak dilakukan dengan dua jenis upacara: upacara kegerejaan yang biasanya dilanjutkan dengan upacara agama Batak. Pelaksanaan kedua upacara tersebut merupakan suatu keharusan, sekalipun tidak ada Firman Tuhan yang memerintahkannya. Pernikahan secara gerejani, tanpa diikuti dengan pelaksanaan upacara adat, sering menimbulkan konflik besar di dalam keluarga orang yang hendak menikah.

Di gedung gereja, orang Batak melakukan upacara kekristenan, sedangkan di luar gedung gereja mereka melakukan upacara agama leluhur. Perbedaannya hanya pada orang yang memimpin upacara. Dulu dipimpin oleh Datu, sekarang digantikan oleh Pendeta. Peranan datu digantikan oleh pendeta, tetapi rangkaian upacara adat (agama leluhur) selanjutnya tetap sama. Berkat (pasu-pasu) dari Tuhan YESUS dianggap belum cukup, dan perlu disempurnakan dengan berkat dari hula-hula dan dan lainnya. Kesempurnaan dan kemutlakan karya YESUS KRISTUS telah disingkirkan demi mempertahankan upacara kegelapan warisan leluhur itu.

Sinkritisme ini bukan hanya terjadi di kalangan gereja-gereja tradisional Batak saja tetapi juga telah merembes kepada orang-orang Kristen yang mengaku Injili, Alkitabiah, dan menjunjung tinggi keunikan Injil dan lebih giat melakukannya. Dari mimbar orang Kristen yang mengaku Injili yang ada di Sumatera Utara, bahkan yang ada di luar pulau Sumatera, sering disuarakan dukungan atas pelaksanaan upacara adat Batak. Merekapun banyak yang terlibat dalam pelaksanaan aktifitas itu. Tanpa disadari umat Kristen di tanah Batak (juga di luar tanah Batak) telah berubah menjadi umat yang mendua hati, satu sisi mencoba mengikuti ajaran YESUS KRISTUS, pada sisi yang lain giat melakukan ajaran agam nenek moyangnya.

Dalam hidup keseharian telah terjadi pencampuran kedua ajaran, yaitu agama leluhur dan Injil YESUS KRISTUS. Akibatnya kekristenan orang Batak menjadi kompromistis, permisif dan kebenaran Injil menjadi relatif! Satu kaki berpijak pada Injil (?), dan kaki lainnya berpijak pada adat istiadat (agama hasipelebeguon). Satu sisi dalam terang, sisi lain dalam kegelapan. Ini tentunya bertentangan dengan Firman Tuhan YESUS yang tidak menginginkan adanya kompromi antara kebenaran YESUS KRISTUS dengan kegelapan Iblisi.

Seperti yang tertulis di dalam rekaman Injil Matius 10 ayat 34; Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang…. Tuhan YESUS akan tetap mempertentangkan antara kebenaran dengan kefasikan (truth encounter), dan selamanya tidak akan bisa kebenaran YESUS dengan kejahatan itu dicampuradukkan! [Bandingkan Lukas 12 ayat 51. Tidak mungkin hal yang buruk berasal dari sesuatu yang baik.

Perhatikan apa yang tertulis dalam Yakobus 3-11-12: [11] Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama? [12] Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar. Saya tegaskan, tidak ada satupun istiadat di dunia ini yang berasal dari kebenaran Injil! Sebab Injil tidak mengajarkan adat istiadat. Oleh karena itu, hal-hal yang ditentang Tuhan tentunya harus ditinggalkan [Bacalah Markus 7:8-9].

Orang Batak telah melupakan prinsip rohani bahwa terang tidak dapat bersatu dengan gelap!. Dalam bahasa Tuhan YESUS :

Tidak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Tuhan dan kepada Mamon.[Matius 6 ayat 24].

III. DALIHAN NA TOLU DALAM PANDANGAN INJIL

Upacara adat Batak merupakan upacara religius yang menggambarkan atau memetakan roh sembahan para leluhur. Peta ini dapat terlihat dalam struktur masyarakat Batak yang disusun dengan prinsip Dalihan Na Tolu yang arti hurufiahnya tungku yang berkaki tiga. Prinsip ini membagi status dan peranan seseorang dalam tiga bagian, yaitu : Hula-hula (pihak pemberi gadis), Dongan Sabutuha (teman seperut/semarga), dan Boru (pihak penerima gadis). Pada masyarakat Karo disebut Kalimbubu, Senina, dan Beru. Hubungan dalam Dalihan Na Tolu ditata dalam suatu falsafah: Somba marhulahula, elek marboru, manat mardongan tubu. (Bersembah kepada hula-hula, berhati-hati kepada teman semarga, membujuk boru).

Melalui ketiga kategori ini, setiap orang yang terlibat dalam upacara adat akan dipisahkan duduknya (parhundulanna) berdasarkan hubungan kekerabatan (tutur) antara dia dengan Suhut, yaitu pihak yang mengadakan upacara. Pihak hula-hula duduk dalam suatu kelompok khusus, demikian juga pihak Boru dan Dongan sabutuha. Kehadiran mereka dalam upacara itu untuk melaksanakan segala kewajiban dan menerima segala hak yang telah ditentukan di dalam adat atau aturan hidup agama Batak. Setiap unsur dalam Dalihan Na Tolu memiliki hak dan kewajiban yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Pada tatanan sosial, Dalihan Na Tolu menata hak dan kewajiban antara seseorang atau sekelompok orang dengan orang atau kelompok lainnya. Setiap orang dalam masyarakat Batak harus menjalankan perannya sesuai statusnya dalam konteks upacara adat. Pada suatu acara adat dia bisa berperan sebagai hula-hula, sedangkan pada cara lain dia bisa berperan sebagai boru atau dongan sabutuha. Setiap orang Batak akan menduduki ketiga status itu pada saat dan hubungan kekerabatan yang berlainan.

Misalkan si A, terhadap keluarga dari pihak istrinya dia berstatus sebagai Boru, terhadap keluarga dari pihak suami adik/kakak perempuannya (ito), dia berstatus sebagai Hula-hula. Sementara terhadap adik lelaki atau abangnya dia berstatus sebagai Dongan Sabutuha. Pada tatanan rohani, Dalihan Na Tolu menggambarkan relasi antara manusia dengan alam gaib, antara Banua Tonga dengan Banua Ginjang.

Dr. Annicetus Sinaga menjelaskan struktur Dalihan Na Tolu menggambarkan hubungan 3 roh dewa sembahan leluhur yaitu Batara Guru, Mangala Sori (Bala Sori), dan Mangala Bulan (Bala Bulan). Dengan demikian, Dalihan Na Tolu merupakan tatanan rohani yang dimulai dari dunia atas (banua ginjang) dan harus dilakukan di bumi. Tiga roh dewa sembahan leluhur ini dikenal sebagai debata na tolu. Debata na tolu ini adalah Trinitas palsu!

Hula-hula merupakan personifikasi dari Batara Guru, Dongan Sabutuha personifikasi dari Mangala Sori dan Boru merupakan personifikasi dari Mangala Bulan. Tiga dewa serangkai ini juga melahirkan pola berfikir triade dalam tenunan Ulos dengan representasi warna-warnanya yang disebut bonang manalu yaitu tiga warna magis; hitam putih merah. Warna hitam melambangkan dunia atas ? Bataraguru, warna putih melambangkan dunia tengah ? Balasori, warna merah melambangkan dunia bawah ? Balabulan.

Struktur ini merupakan pola yang menata hubungan di dunia atas dan ditetapkan oleh Mulajadinabolon untuk juga diberlakukan di dunia manusia (banua tonga). Struktur ini dibangun dan dijamin keberadaannya oleh dewa tertinggi Batak, yaitu Debata Mulajadinabolon. Sehingga struktur itu merupakan kehendak Debata (malaikat Iblis sembahan leluhur Batak) bagi manusia, dalam hal ini bagi orang Batak.

Pelanggaran struktur ini merupakan pelanggaran terhadap ketetapan Debata Mulajadinabolon, dan merusakkan keseimbangan antara alam makrokosmos dengan alam mikrokosmos. Karena itu, pelanggaran ini akan mendapatkan sanksi dari debata sendiri. Ketakutan akan hukuman Debata Mulajadinabolon ini tertanam di hati orang Batak sehingga mereka tetap berupaya mempertahankan keberadaan upacara adat Batak.

Dalam struktur ini, eksistensi roh sembahan leluhur di alam gaib atau banua ginjang direfleksikan di alam fisik atau banua tonga di dalam ketiga unsur Dalihan Na Tolu yang membangun suatu upacara adat, yaitu Hula-hula, Dongan Sabutuha, dan Boru. Kehadiran ketiga roh sembahan leluhur dalam suatu upacara dinyatakan dalam kehadiran ketiga unsur Dalihan Na Tolu. Setiap upacara yang dilakukan harus dihadiri oleh ketiga unsur ini, kalau tidak, maka upacara adat tidak dapat dilaksanakan. Inilah ketetapan yang telah dibuat oleh Mulajadi nabolon.

Jadi struktur Dalihan Na Tolu merupakan proyeksi dari eksistensi ketiga dewa sembahan leluhur Batak yang ada di dunia atas (banua ginjang). Manusia sebagai pelaku upacara adat adalah sarana yang dijadikan untuk memproyeksikan eksistensi dan peranan roh sembahannya. Selama upacara adat Batak dilakukan, ketiga dewa tersebut tetap mendapat tempat untuk diproyeksikan eksistensinya dalam kehidupan bangsa Batak, sekalipun mereka tercatat sebagai orang yang beragama Kristen.

Hal ini terjadi karena banyak orang Batak Kristen tidak pernah mengetahui arti rohani yang sesungguhnya dari struktur Dalihan Na Tolu itu, dan menganggap Dalihan Na Tolu itu hanya sebagai pengklasifikasian dari status dan peranan sosial dari anggota masyarakat saja. Kita tidak pernah menyadari bahwa melalui struktur itu Iblis memanipulasi diri kita untuk kepentingan dirinya sendiri.

Alkitab menegaskan bahwa setiap orang yang percaya kepada Tuhan YESUS adalah milik Tuhan. Tanda meterai kepemilikan Tuhan diberikan dalam bentuk kehadiran Roh Kudus di dalam hatinya. Efesus 1 ayat 13 mencatat;

Di dalam Dia (YESUS) kamu juga, karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Tuhan, untuk memuji kemuliaan-Nya.

Tanpa disadari, keterlibatan seseorang Kristen dalam upacara adat akan membuka ruang hatinya bagi kehadiran para roh sembahan leluhur dahulu kala yang adalah roh setan. Penerimaan akan kehadiran roh sembahan leluhur akan membuat Roh Kudus mengundurkan diri dari dalam hidup orang itu karena Roh Kudus adalah lemah lembut dan tidak pernah mau memaksakan kehadiran dan keinginanNya kepada manusia. Pembentukan unsur Dalihan Na Tolu ini merupakan pelanggaran terhadap Hukum Taurat pertama :

Akulah Tuhanmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, tanah perbudakan. Jangan ada padamu ilah lain di hadapan-Ku.[Ulangan 5 ayat 6-7].

Dengan melakukan upacara adat kita memberikan jalan masuk pada kehadiran roh sembahan leluhur di dalam kehidupan kita. Pelaksanaan upacara adat Batak juga membuat kita melanggar Hukum Taurat kedua, yaitu dalam Ulangan 5 ayat 8; Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit atas, atau yang ada di bumi di bawah.

Dalam agama Batak personifikasi kehadiran roh sembahannya tidak dibuat dari patung batu, kayu, tembaga atau emas. Patung dalam agama Batak tidak terbuat dari benda mati, tetapi terbuat dari darah dan daging, yaitu tubuh manusia. Personifikasi dan gambaran dari kehadiran roh itu dinyatakan dalam diri orang Batak itu sendiri. Upacara adat adalah upacara yang menjadikan orang Batak sebagai patung-patung hidup dari ketiga roh sembahan yang merupakan pancaran dari Debata tertinggi Mulajadinabolon.

Keterlibatan dalam suatu acara adat membuat seorang yang dicipta sebagai Peta Tuhan berubah menjadi Peta Mulajadinabolonatau lebih jelas lagi Peta Iblis. Sebagai Hula-hula dia merupakan patung hidup dari Batara Guru, sebagai Boru dia merupakan patung hidup dari Mangala Bulan, dan sebagai Dongan Tubu dia merupakan patung hidup dari Mangala Sori.

Paulus menyebutkan bahwa tubuh kita adalah Bait Roh Kudus. 1 Korintus 6 ayat 19; Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah Bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu.

Lagipula Tuhan YESUS tidak akan pernah berkenan hadir dalam suatu upacara adat, sekalipun dibungkus dengan doa kristiani dan memakai nama Tuhan YESUS. Karena Tuhan tidak akan pernah membagikan kemuliaan-Nya kepada yang lain. Bagaimana Tuhan YESUS berkenan hadir dalam suatu upacara adat yang Dia tahu untuk kemuliaan Iblis. Yesaya 42 ayat 8 menegaskan, Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung.

Ada sebagian orang yang membenarkan upacara itu dengan alasan bahwa mereka melakukan doa dan umpasa yang memakai nama YESUS. Apalagi kalau pendeta yang memimpin doa itu. Membungkus upacara adat dengan membawa nama YESUS sama dengan menghujat Tuhan dengan menyebut nama-Nya dengan sembarangan. Ulangan 5 ayat 11;

Jangan menyebut nama TUHANmu dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.

Orang Batak juga menyangka bahwa dengan menyebut nama YESUS dalam acara adat istiadat (apalagi kalau yang memimpin doa itu seorang pendeta senior) maka sah-lah acara adat istiadat itu. Waspadalah orang Batak! Jangan sampai Tuhan YESUS pada hari terakhir akan menyebut mereka pembuat kejahatan! Matius 7 ayat 21 dan 23 Tuhan YESUS dengan tegas mengatakan;

[21] Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. [23] Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah daripadaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!.

Oleh karena itu perbuatan orang Batak yang sudah demikian melenceng bahkan merupakan kekejian di hadapan Tuhan YESUS harus diingatkan! Seperti yang tertulis dalam Titus 1 ayat 13-14; Karena itu tegorlah mereka dengan tegas supaya mereka menjadi sehat dalam iman, dan tidak mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia yang berpaling dari kebenaran.

Janganlah mulut kita mengatakan kita bahwa kita menyembah Tuhan YESUS namun perbuatan kita tidak menunjukkan sama sekali kalau kita menyembah satu-satunya Tuhan yaitu YESUS KRISTUS malah kita melakukan kekejian dihadapan-Nya. Titus 1 ayat 16; Mereka mengaku mengenal Tuhan, tetapi dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia. Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik.

Ibadah yang benar adalah yang menjadikan YESUS KRISTUS sebagai pusat penyembahan, bukan Debata Mulajadinabolon ataupun ketiga putranya. Kita juga dilarang menyembah hula-hula sebagai wakil Mulajadinabolon (debata na ni ida), Tuhan YESUS menegaskan; Enyahlah iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah TUHANmu, dan hanya kepada Dialah kamu berbakti.[Matius 4 ayat 10].

Tuhan YESUS juga menegaskan bahwa kita murid-Nya haruslah menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran. Yohanes 4 ayat 23-24; Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah yang demikian. Tuhan kita itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.

III. PENUTUP

Tuhan YESUS sangat merindukan saudara-saudara dikuduskan dari segala adat istiadat yang dibuat oleh Iblis yang mengambil rupa dan nama Debata Mulajadinabolon itu! Tuhan YESUS ingin menata kembali peta dan teladan Tuhan di dalam hidup saudara yang telah rusak dan tercemar akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa, untuk membentuk watak ilahi sehingga saudara dapat disebut sebagai anak-anak terang [Yohanes 12 ayat 36] yang memisahkan diri dari kegelapan. Sebagai anak-anak terang kita harus berpegang dan melakukan ketetapan dan peraturan Tuhan.

Maukah saudara keluar dari adat istiadat atau kebiasaan bangsa-bangsa yang kafir sebagaimana Tuhan YESUS sudah perintahkan pada ayat-ayat Alkitab yang sudah kita baca sepanjang tulisan ini? Memang besar tantangannya, mungkin saudara akan dikucilkan, difitnah, dicemooh atau dianiaya. Janganlah saudara memandang pada beratnya penderitaan tapi pandanglah berkat-berkat yang Tuhan mau siapkan. Untuk menerima kemuliaan bukankah Tuhan YESUS harus menderita memikul salib?

Penulis sendiri [Rheinhard Sinaga], mengalami hal yang sama ketika bersama istri memutuskan untuk patuh pada aturan Tuhan YESUS daripada adat istiadat manusia. Kami menikah tanpa adat istiadat, yang tentu saja memancing reaksi sebagian besar orang-orang yang merasa adat Batak itu harus dilaksanakan. Sebagian orang mungkin menyebut kami sesat! baik itu mereka sebutkan dalam hati maupun dengan ucapan mereka, namun kami tetap berjalan karena kami sangat takut kepada Tuhan YESUS dan tidak mau dibodohi oleh si Iblis yang sudah membodohi bangsa Batak sedemikian lamanya.

Kami sudah membatalkan dan menyangkali semua kegiatan adat yang kami pernah terlibat di dalamnya secara sadar atau tidak sadar di masa lalu kami dan mohon ampun kepada Tuhan YESUS atas segala dosa-dosa itu dan mengundang Roh Tuhan YESUS untuk bekerja secara leluasa dalam hidup kami. Saudara ingatlah selalu firman Tuhan YESUS di dalam Matius 5 ayat 11-12; [11] Diberkatilah kamu, jika oleh karena Aku kamu dicela, dianiaya, dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. [12] Bersuka cita dan bergembiralah karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.

Matius 21 ayat 12-13;

[12] Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. [13] Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi.

Saudara pantas bermegah karena diperlayakkan mendapat bagian di dalam penderitaan Tuhan YESUS, sebagaimana yang tertulis di dalam Kisah Para Rasul 5 ayat 40-41;[40] Mereka memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. [41] Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus.

Dari uraian yang telah anda baca, selayaknyalah anda yang mengaku pengikut Tuhan YESUS, namun pelaku adat Batak, menginsyafi bahwa spiritualitas anda ini belum benar. Ibadah Kristiani anda ikuti, ritual animistis tidak ketinggalan. Maka sesungguhnya anda masih menyembah dua-ilah, menimbulkan kecemburuan Tuhan Maha Pencipta, yang memperkenalkan diriNya melalui Alkitab. Jika anda ingin sungguh-sungguh selamat, beroleh hidup kekal yang disediakan oleh YESUS KRISTUS, segeralah anda berdoa menurut doa berikut.

Ucapkanlah saudara, dengan bersuara, sebab menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum [Matius 12 ayat 37]. Berdoalah sebagai berikut : [anda juga tidak dipaksa untuk mengucapkan doa ini, karena hal itu adalah kedaulatan anda sendiri] :

Tuhan YESUS Raja dan Juruselamatku, Saya mengakui kelemahanku di hadapan Raja YESUS, bahwa selama ini saya belum meninggalkan tuntas kepercayaan Animistis leluhurku, bangsa Batak. Mampukanlah saya, ya Tuhan YESUS, meninggalkan kegelapan bangsa Batak, meninggalkan sembahan-leluhurku. Saya mengundang Tuhan YESUS KRISTUS masuk ke dalam hatiku, menguasai kehidupanku, mengajar saya dari dalam batin, dan kuasa Tuhan YESUS membebaskan saya dari ikatan-ikatan Iblis dalam berbagai bentuknya. Saya membatalkan semua perjanjian dengan Iblis yang dibentuk oleh leluhurku yang penyembah berhala. Kami seketurunan adalah pengikut Tuhan YESUS KRISTUS, terikat kepada Tuhan YESUS dalam bentuk perjanjian baru. Demi nama Tuhan YESUS enyahlah malaikat Iblis sembahan leluhurku: Debata Mulajadi Nabolon bersama rombongannya, enyah juga malaikat Iblis sponsor kesaktian leluhurku juga malaikat Iblis sponsor adat Batak. Semua setan harus menyingkir dari kehidupanku dan dari keturunanku. Mari, ya Tuhan YESUS, bersemayamlah Tuhan YESUS di dalam hatiku, memperbaiki watakku, agar saya menjadi peta Tuhan YESUS, bukan lagi peta Iblis seperti di masa laluku.
Dalam nama Tuhan YESUS KRISTUS Raja Sorga, saya sudah berdoa. Amin.