Home Artikel Rohani Kristen Kisah dan Cerita Inspiratif Lucifer (Raja Iblis) – Pemberontakan & Anti Kemapanan

Lucifer (Raja Iblis) – Pemberontakan & Anti Kemapanan

Lucifer (Raja Iblis) – Pemberontakan & Anti Kemapanan

sumber: http://lumapelumeyputra.blogspot.co.id/2013/07/lucifer-raja-iblis.html

Pemberontakan dan Anti Kemapanan
“Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!
Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu:Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan tahtaku mengatasi
bintang-bintang Tuhan, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!
Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan,
ke tempat yang paling dalam di liang kubur.” (Yes. 14:12-15)

Cuplikan ayat dari kitab Yesaya di atas menggambarkan kejatuhan malaikat terang yang kemudian dikenal sebagai Lucifer sebagai asal mula munculnya iblis dalam tata ciptaan Tuhan. Dalam teologi Yudeo-Kristian, Tuhan yang Maha Baik tidak mungkin menciptakan iblis sejak semula. Tuhan hanya menciptakan para malaikat. Ini berbeda kontras dengan teologi Islam yang mengatakan bahwa iblis diciptakan dari api, dengan demikian Islam mengakui bahwa Tuhan sendirilah yang menciptakan iblis. Atau dengan kata lain Tuhan sendiri yang telah menciptakan sumber segala kejahatan.

Lucifer berasal dari bahasa latin Lux Fere – Pembawa Cahaya. Lucifer adalah malaikat yang paling cemerlang diantara semua malaikat ciptaan Tuhan. Tapi justru karena kecemerlangannya itu ia menganggap dirinya setara dengan Tuhan dan mulai mengajak malaikat lain untuk tidak lagi taat kepada Tuhan. Pemberontakan para malaikat ini digagalkan oleh malaikat-malaikat yang setia kepada Tuhan di bawah pimpinan malaikat agung Mikael (yang artinya “Siapa seperti Tuhan”), sehingga akhirnya para malaikat pemberontak ini menjadi iblis dan di buang dari surga.

Ada sebuah kenyataan yang sangat menarik disini dan dapat kita jadikan sebagai titik pandang untuk membedakan karya Tuhan dan karya Iblis. Dalam membangun keseluruhan tata-ciptaan, yang dilakukan Tuhan adalah menyelenggarakan harmoni, keteraturan, ketaatan, kemapanan dalam kebebasan penuh. Sebaliknya iblis melakukan ketidaktaatan, pemberontakan dan merancang kekacauan serta ketidakteraturan. Semangat ketaatan dan kemapanan berasal dari Tuhan, sebaliknya semangat pemberontakan dan ketidakteraturan adalah berasal dari iblis. Jika kita memahami dua sifat yang berbeda ini kita akan memahami mana sesungguhnya karya-karya Tuhan dan mana yang bukan.

Kejatuhan Manusia
Dalam hal kejatuhannya, Lucifer dan para iblis sama sekali tidak menerima kenyataan pahit ini. Sekalipun mereka telah kalah oleh para malaikat yang setia, iblis masih berusaha menunjukkan dirinya mampu mengalahkan Tuhan. Iblis melihat kesempatan itu sangat terbuka lebar dengan jalan merampas ciptaan Tuhan yang paling sempurna: manusia.

Manusia adalah ciptaan Tuhan yang sempurna karena diciptakan sesuai dengan citra Tuhan sendiri. Iblis dalam kedengkiannya beranggapan dengan menghancurkan citra Tuhan berarti ia berhasil menunjukkan bahwa Tuhan telah gagal: citra Tuhan sudah takluk sepenuhnya pada iblis.

Kesempatan untuk menghancurkan manusia akhirnya muncul saat iblis membujuk Adam dan Hawa untuk melanggar perintah Tuhan dengan memakan buah pengetahuan. Iblis melakukannya dengan cara-cara yang menjadi ciri iblis yakni dengan memfitnah dan menipu. Iblis memfitnah Tuhan dengan mengatakan pada mereka bahwa perkataan Tuhan tentang buah pengetahuan sama sekali tidak benar, perkataan iblislah yang benar. Iblis juga menipu mereka dengan mengatakan bahwa dengan makan buah pengetahuan mereka akan bisa menjadi seperti Tuhan. Adam terkena tipu daya iblis, dia mulai memberontak dan tidak taat lagi terhadap Tuhan.

Akibat dari tipu daya iblis dan ketidaktaatannya pada Tuhan, manusia akhirnya kehilangan martabatnya sebagai citra Tuhan dan harus di usir dari taman Eden (Firdaus). Inilah dosa asal yang terus-menerus menjadi bagian dari peradaban manusia sampai akhirnya (menurut kristianitas) nanti dipulihkan kembali oleh Yesus Kristus melalui penebusan.

Teologi Islam memandang kejatuhan ini jauh berbeda, seolah-olah ini sekedar dosa biasa yang cukup diselesaikan dengan permohonan ampun. Islam tidak menyadari konsekuensi yang amat mendasar dari kejatuhan manusia-manusia pertama ini sehingga Islam menolak ide-ide tentang dosa asal. Padahal konsekuensi dari dosa ini amat besar: manusia kehilangan martabatnya sebagai citra Tuhan dan sekaligus kehilangan kehidupan yang damai, manusia mulai hidup dalam kesusahan dan jatuh ke dalam dosa-dosa.

Pemulihan Kembali
Kejatuhan manusia tentu saja tidak dikehendaki Tuhan. Tuhan yang sangat mengasihi manusia membangun rencana untuk menyelamatkan manusia dari kehancurannya. Tuhan ingin memulihkan kembali kehidupan damai yang pernah dialami manusia, dan lebih dari itu Tuhan ingin memulihkan martabat manusia kembali menjadi citra Tuhan.

Tuhan memulai rencana keselamatan manusia dengan memilih Abraham dan keturunanNya sebagai pembawa berkat bagi seluruh bangsa. Ada polemik yang cukup sengit, terutama dari kalangan islam, apakah keturunan Abraham itu juga mencakup Ismael. Tapi dalam Kitab Suci sudah cukup jelas bahwa yang disebut sebagai keturunan Abraham adalah yang berasal dari Ishak, bukan Ismael. Sehingga bangsa terpilih yang akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa itu berasal dari keturunan Israel, bukan dari yang lain. Dan ini didukung oleh kenyataan sejarah bahwa nabi-nabi memang muncul dari keturunan Ishak, bukan yang lain. Manusia bisa saja berpolemik, tapi sejarah sudah menunjukkan kebenaran dengan caranya sendiri.

Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa rencana keselamatan itu bergulir melalui rentang waktu ribuan tahun, mulai dari Abraham, Ishak, Yakub. Kemudian Yusuf yang membawa orang Israel menetap di Mesir. Di Mesir sepeninggal Yusuf bangsa Israel ini diperbudak oleh penguasa Mesir sebelum akhirnya 400 tahun kemudian dibebaskan oleh Musa dan dibawa menuju tanah terjanji di wilayah Kanaan.

Pada periode Musa inilah Tuhan memberikan salah satu berkatNya yang penting bagi umat manusia, yaitu hukum-hukum Taurat (termasuk dekalog, 10 perintah Tuhan). Tunggu, bukankah Hukum Taurat hanya untuk bangsa Israel? Tampaknya demikian, tapi jika kita mengingat kembali perjanjian Tuhan dengan Abraham maka akan tampak bahwa apa yang diberikan untuk bangsa Israel sesungguhnya ditujukan untuk semua bangsa. Itu pemberian yang bersifat universal, dan bangsa Israel hanyalah sarana, bukan tujuan dari pemberian hukum-hukum itu.

Sejarah keselamatan terus bergulir melalui jaman dimana Daud menjadi Raja Israel yang terbesar dan di susul oleh pembangunan Bait Tuhan di Yerusalem oleh Salomo. Kemudian muncul masa dimana Kerajaan Israel terpecah dan ditaklukkan bangsa-bangsa lain, mengalami pembuangan, sebelum akhirnya kembali lagi. Selama masa-masa itu Tuhan terbukti terus memberikan berkatNya berupa Sabda dan hukum-hukumNya melalui para nabi-nabi Israel. Dan lebih dari itu Tuhan juga menjanjikan kedatangan Sang Mesias yang akan menjadi berkat pamungkas bagi seluruh manusia.

Dari Israel Menjadi Berkat Untuk Semua Bangsa
Setelah melalui penantian dan persiapan yang panjang, akhirnya berkat pamungkas itu muncul berupa inkarnasi Tuhan sendiri dalam diri Yesus Kristus. Tak ada berkat dan pemberian Tuhan yang lebih besar dan lebih baik dari DiriNya sendiri. Inilah Sabda Tuhan yang menjadi daging, sabda yang akan memulihkan kehidupan damai seperti yang semula dirancang Tuhan bagi manusia. Dan yang terpenting, inkarnasi Yesus akan memulihkan kembali martabat manusia sebagai citra Tuhan. Melalui ajaranNya dan melihat teladan kehidupan Yesus manusia dapat menyadari betapa manusia memang dapat hidup sempurna seperti Tuhan dan manusia memang sungguh-sungguh citra Tuhan sendiri. Melalui kematian di kayu salib Yesus telah menebus dosa-dosa manusia dan memulihkan martabatnya (yang hilang sejak dosa Adam) sebagai citra Tuhan.

Setelah hadirnya Yesus, sejarah keselamatan manusia memasuki babak yang baru. Berkat Tuhan yang tadinya secara eksklusif hadir dalam sejarah bangsa Israel sekarang mulai menyebar dan dibagikan kepada bangsa-bangsa lain melalui sarana yang baru, keturunan Abraham menurut roh, yaitu Gereja. Yesus sendiri telah memberikan pengutusan sakral: “…Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu…” Gereja yang SATU dan SAMA yang dimulai dari para rasul dan dilanjutkan oleh para paus dan uskup terus dengan setia mengemban misi suci yang diamanatkan oleh Sang Penebus hingga hari ini.

Hadirnya Gereja sampai detik ini membuktikan satu hal penting: dengan caranya yang ajaib karya keselamatan Tuhan terus hadir sejak jaman Abraham hingga Paus Benediktus XVI tanpa pernah terputus. Inilah Agama Universal yang menjadi berkat keselamatan bagi seluruh manusia. Pada akhirnya Agama Universal akan menghadirkan kembali suatu tatanan damai dan memulihkan kembali martabat kemanusiaan menjadi citra Tuhan di akhir jaman.

Rancangan Para Penipu Dan Pemberontak
Seperti yang saya tulis sebelumnya, bagi iblis kehancuran manusia adalah keberhasilannya. Meskipun dia tidak mampu mengalahkan Tuhan, setidaknya ia berhasil menghancurkan karya terbaik Tuhan. Ketika Tuhan menjalankan rencana keselamatan untuk memulihkan kembali manusia tentu saja iblis tidak tinggal diam. Iblis ingin menghancurkan Agama Universal yang telah dirancang dan dibentuk Tuhan sejak jaman Abraham.

Berbagai cara terus dilakukan iblis, mulai dari upaya penghancuran bangsa Israel, pembusukan dari dalam dan upaya menyesatkan orang-orang pilihan terus dilakukan. Tapi rancangan Tuhan tetap berjalan dengan lancar hingga akhirnya sampai pada puncak karya keselamatan dengan hadirnya Yesus Sang Penebus. Kehadiran Yesus dan kematianNya di kayu salib merupakan kekalahan telak iblis.
Dan seperti kekalahan sebelumnya, iblis tidak mau terima dan ia bertekad untuk mengacaukan Agama Universal ini. Iblispun akan menggunakan cara-cara klasiknya yang dulu pernah berhasil menjatuhkan Adam: penipuan dan pemberontakan. Memang iblis adalah bapa segala dusta dan akar segala pemberontakan.
Iblis berusaha menghancurkan Agama Universal dalam dua cara, dari dalam dan dari luar. Upaya dari dalam dilakukannya dengan menebarkan bibit-bibit perpecahan di antara umat beriman.

Bibit maut paling penting yang disebarkannya adalah penyangkalan ketuhanan Yesus. Ini bukan tanpa alasan…. Bagi Agama Universal, ketuhanan Yesus adalah fondasi yang menjadi dasar bagi seluruh ajarannya. Dengan penyangkalan ketuhanan Yesus berarti seluruh ajaran Gereja akan kehilangan dasar-dasarnya dan keruntuhannya tinggal menunggu waktu.

Momen penting penyesatan dan perpecahan ini terjadi pada abad ke 4 ketika seorang imam berpengaruh (atau uskup?) bernama Arius atas bisikan iblis mulai mengembangkan dan mengajarkan teologi yang menolak ketuhanan Yesus. Seperti sewaktu menipu Adam, iblis juga menipu Arius sedemikian rupa sehingga Arius percaya bahwa apa yang diajarkan para rasul itu salah dan dia harus mengajarkan konsep yang baru.

Karena kejeniusannya dan dukungan yang diberikan oleh kerajaan Romawi waktu itu, nyaris 90 persen uskup-uskup berhasil dipengaruhi oleh pandangan Arius. Sampai akhirnya muncul seorang pendekar trinitarian yang tidak kalah jeniusnya bernama Athanasius. Dengan kegigihan dan kecerdasan yang luar biasa ia berhasil meyakinkan kembali para uskup yang pernah dipengaruhi oleh Arius untuk kembali pada ajaran yang diajarkan oleh para rasul. Ujung-ujungnya usaha busuk Arius untuk menyangkal ketuhanan Yesus gagal total dan pada konsili Nicea seluruh Gereja kembali pada ajaran para rasul hingga hari ini. Iblis lagi-lagi kalah telak….

Tapi sekali lagi iblis tetaplah iblis, dia tidak mau menerima kekalahan ini dan masih berusaha keras. Arius boleh saja gagal, tapi iblis belum mengibarkan bendera putih. Keukeuh dan pantang menyerah…. Soal semangat dan kegigihan, iblis memang patut diacungi jempol.

Cara lain yang ditempuh iblis adalah dengan menghancurkan dari luar. Sampai di sini saya harus ekstra hati-hati karena sudah masuk ke wilayah yang sensitif dan bisa membakar emosi. Tapi bagaimanapun kebenaran harus diungkapkan sekalipun pahit….

Dalam upayanya kali ini iblis masih tetap dengan tema besarnya yang semula: penyangkalan ketuhanan Yesus. Strategi mautnya adalah dengan membangun agama tandingan yang akan menggantikan Agama Universal. Agama ini juga nantinya akan diberi label seolah-olah agama universal, ‘rahmatan lil alamin”, rahmat bagi seluruh alam semesta. Untuk itu dipilihlah keturunan Abraham dari Ismael, seorang bangsa arab bernama Muhamat menjadi tokoh kunci dari rencana busuk ini.

Alasannya jelas: setidaknya Islam punya kesempatan untuk mendapat legitimasi sebagai bagian dari agama keturunan Abraham juga. Tidak masalah kalau di Kitab Suci sebelumnya sudah disebutkan bahwa keturunan Abraham adalah yang berasal dari Ishak bukan Ismael, yang penting kalau terus-menerus dipromosikan (didakwahkan) dengan agresif lama-lama orang juga percaya. Seperti kata Hitler, “Ceritakanlah kebohongan, dan ceritakanlah itu terus-menerus maka kebohongan itu akan menjadi kebenaran”.

Sama seperti yang dilakukan pada Adam dan juga Arius, iblis menipu Muhamat dengan mengatakan bahwa ajaran Tuhan keliru atau sudah diselewengkan dan Muhamat diutus untuk ‘meluruskan’ kekeliruan itu. Lebih jauh lagi, umat manusia akan mendapatkan kitab suci yang ‘asli’ yang berisi wahyu ‘Tuhan’ yang sesungguhnya. Dan akhirnya lahirlah Islam dengan Alquran yang lengkap dengan penyangkalannya akan ketuhanan Yesus.

Untuk lebih menyempurnakan fitnahnya Islam mencomot ajaran-ajaran para nabi sebelumnya sehingga dapat mengklaim dirinya sebagai pembawa dan pelurus seluruh ajaran para nabi, sekaligus penutup seluruh rangkaian kitab suci.
Jadi sesungguhnya kemunculan Islam berawal dari fitnah terhadap ajaran Kitab Suci, karena tudingan pemalsuan dan penyelewengan yang terjadi pada Kitab Suci sama sekali tidak diikuti dengan bukti.

Perlu diingat bahwa Yesus tidak pernah berbicara dan mengeluh, soal adanya penyelewengan pada kitab-kitab Taurat. Artinya, sampai dengan jaman Yesus kitab-kitab Taurat yang ada adalah benar dan tidak diselewengkan isinya. Dan ternyata memang tidak pernah ada bukti bahwa isi kitab-kitab Taurat yang ada pada jaman Yesus berbeda dengan isi kitab-kitab Taurat yang ada pada masa sesudahnya, bahkan sampai sekarang.

Jadi dimana letak pemalsuan dan penyelewengannya? Ini sudah cukup membuktikan bahwa isu penyelewengan Kitab Suci yang disebarkan Muhamat dan Alquran hanya sekedar fitnah yang dilakukan untuk mendapatkan legitimasi bagi kehadiran Alquran. Ironis memang, Islam ternyata bukan agama yang dilandasi oleh kebenaran tapi justru oleh kebohongan dan fitnah.

Sebetulnya kalau kita memakai akal sehat, kita tidak perlu termakan isu penyimpangan dan penyelewengan semacam ini. Bayangkan, Agama Universal yang dibangun Tuhan sendiri selama ribuan tahun apa mungkin dengan mudah diselewengkan begitu saja oleh manusia? Biasanya kalangan Islam selalu mengkambinghitamkan Paulus sebagai penyeleweng Agama Universal.

Pertanyaannya: apakah Paulus mampu menghancurkan Agama Universal yang dibangun Tuhan selama ribuan tahun? Akal sehat kita akan mengatakan tidak mungkin, terkecuali Paulus itu lebih hebat dari Tuhan. Ketidakmungkinan ini ditambah lagi dengan fakta bahwa Paulus bukanlah kepala Gereja dan pimpinan para rasul. Jika Paulus melakukan penyelewengan dari apa yang diajarkan Yesus, dengan sangat mudah Petrus dan rasul lainnya akan membuang ajaran-ajaran Paulus.

Orang bisa saja beropini bahwa Islam membawa kebenaran. Tapi sejujurnya kalau anda memeriksa seluruh ajaran Islam, tidak ada kebenaran baru yang dibawa oleh Islam yang tidak ada di Agama Universal. Jadi munculnya Islam di muka bumi sama sekali tidak diperlukan. Hal baru yang sebenarnya dan misi utama dari munculnya Islam adalah penyangkalan ketuhanan Yesus. Persis seperti ide yang muncul dalam benak Arius, sehingga kemungkinan besar ide ini juga berasal dari sumber yang sama.

Selebihnya semua ajaran kebaikan yang ada dalam Islam sudah ada dalam Agama Universal, malah Islam menampilkannya dengan mutu yang jauh di bawah standar seperti perkawinan yang kembali ke jaman pra-kristen, ditegakkannya kembali hukum Taurat dalam bentuk yang lebih kejam seperti pemotongan tangan, hukum rajam, penggunaan kekerasan dalam penyebaran agama, dan sebagainya. Lebih dari itu Islam sesungguhnya tidak memiliki konsep ajaran yang jelas, lihat saja sistematika penyusunan Alquran yang begitu berantakan berupa kumpulan ajaran, cerita, perintah-perintah tanpa arah yang jelas. Bagaimana mungkin ajaran semacam ini mau menjadi ‘rahmatan lil alamin’? Jawaban yang paling logis, memang bukan itu tujuan dari Islam yang sebenarnya.

Jika kita melihat bahwa Agama Universal dibangun dalam sejarah yang panjang dan konsisten, mulai dari jaman Perjanjian Lama hingga jaman Perjanjian Baru dan berhasil membentuk satu kesatuan ajaran yang utuh, maka kemunculan Islam yang mengklaim sebagai agama yang berasal dari Tuhan adalah suatu anomali dan sama sekali tidak perlu. Seluruh ajaran Agama Universal sudah tergenapi dengan kehadiran Yesus, dan suatu tatanan yang akan membawa manusia menuju era baru yang penuh kedamaian sedang berproses.

Maka dapat disimpulkan bahwa munculnya Islam hanyalah upaya untuk menggagalkan misi Agama Universal, tidak lain dan tidak lebih. Dengan kata lain Islam adalah antitesis dari Agama Universal, Islam adalah bagian dari pemberontakan iblis terhadap Tuhan.
Untungnya sejarah sudah menunjukkan bahwa upaya pemberontakan iblis pada akhirnya akan gagal, termasuk juga antitesis agama yang dibangunnya ini akan menemui takdir
yang sama: GAGAL TOTAL.