Home Artikel Rohani Kristen Manusia dan Tuhan Rumah Di Atas Batu (Loka Pemuda & Remaja)

Rumah Di Atas Batu (Loka Pemuda & Remaja)

Rumah Di Atas Batu (Loka Pemuda & Remaja)

Rumah & Batu karang; Hidup & Firman Tuhan, the obedience of faith.  Kehidupan manusia seperti membangun rumah seperti digambarkan dalam Mat 7:24-27. Rumah mengilustrasikan kehidupannya: kepribadian, sekolah, bekerja, pekerjaan atau profesi, rumah-tangga, pelayanan, dsb. Berapa lama kehidupan itu bertahan? 1 tahun? 10 tahun? 100 tahun? Itu tergantung bagaimana kita membangunnya: di atas “batu” atau “pasir”.

‘Batu’ yang dimaksud adalah firman Tuhan; inilah menjadi dasar hidup yang bernilai kekekalan. Firman Tuhan adalah refleksi dari kehendak dan pikiran Tuhan yang tentu saja benar (kebenaran) dan kekal. Firman Tuhan tidak cukup untuk didengar (membangkitkan iman/percaya/TRUST), namun bertindak atas dasar iman (TAAT, OBEY).  Trust and Obey.

The obedience of faith, Roma 1:5; 16:26; Yakobus 1:25. Bila manusia membangun rumahnya di atas firman (dalam wujud iman & ketaatan), ia sedang membangun BETHEL (rumah Tuhan). Di dalam rumah Tuhan, Tuhan ada, Tuhan berkarya dan Tuhan bertahta dalam hidupmu. Jadikanlah kehidupanmu BETHEL, dimana kemuliaanNya terpancar.

 

Yesus, alfa dan omega, yang awal dan menjadi tujuan ‘diri’ manusia

1 Kor 10:4 menyatakan bahwa batu karang itu adalah darah, kebenaran, pribadi Kristus. Pribadi Kristus menjadi cermin ‘potret diri’ (Roma 8:29), apapun ‘potret diri’ mu sekarang, bergeraklah kepada Kristus dalam karakter, pikiran dan perasaan (Filipi 2:5-8). Karena dalam Kristus, kita adalah ciptaan baru (2 Kor 5:17), saudara rohani yang mewarisi kepribadian Bapa (Roma 8:39). Ini adalah sebuah proses yang berlangsung sepanjang masa hidup kita karena keadaan kita sekarang yang belum sempurna (dalam waktu) (2 Kor 3:18).

Yesus di masa pra-dewasa (Lukas 2:21, 22, 41-51, 52)

Yesus di wisuda untuk melayani (Lukas 3:21-22; 4:1-13 bandingkan dengan Yoh 1:29-34)

 

hidup yang berkarya secara bijaksana untuk melayani Tuhan

Kehidupan  kita merupakan rumah Tuhan, realisasi karya Tuhan dalam hidup kita. Ketika hadirat Tuhan nyata dalam hidup kita, Dia bekerja bersama-sama dengan kita untuk menggenapi rencanaNya dalam hidup kita secara bertahap.

Bagi anak-anak bersekolah, bersekolahlah untuk mempersiapkan karakter dan budaya hidupmu (etos kerja) relevan dengan misi hidupmu di hadapan Tuhan. Beberapa praktek hidup kaum pelajar/mahasiswa berdasarkan iman dan ketataan kepada kehendak Tuhan didiskusikan.

Bagi mereka yang berkarya (menjadi karyawan atau wiraswasta), berkaryalah memenuhi mimpi dari Tuhan: penebusan Tuhan atas alam dan manusia. Hidup berkarya ini menggambarkan karya Tuhan dalam kerangka besar penyelamatan dunia dan manusia. Praktek mengimplementasi firman Tuhan dalam membangun bijaksana dalam berkarya dalam dunia profesi didiskusikan. Kisah hidup Yusuf dan Daud menjadi bahan pembelajaran tentang pembentukan (persiapan, pendidikan) Tuhan untuk memasuki dunia profesi dan berkarier dalam Tuhan sebagai dutaNya di lingkungan kerja.

hidup membangun keluarga bijaksana sebagai wadah pelayanan

Kej 2:18-25. Salah satu area hidup penting yang diberikan Tuhan untuk kita nikmati sekaligus digunakan sebagai wadah pelayanan adalah hidup berkeluarga. Rancangan pernikahan kudus menurut firman Tuhan dalam Kej 2 tsb menggambarkan beberapa hal:

–      Hal berkeluarga bukanlah menutupi ketidak-mampuan manusia melestarikan (mengkekalnya dirinya, memenuhi kebutuhan dagingnya; namun untuk melakukan pekerjaan Tuhan (melayani sebagai duta Tuhan di dunia) [bandingkan dengan Kej 1:28].

–      Hal berkeluarga mencerminkan perbedaan peran suami dan istrinya (bukan pria dan wanita) dalam kesetaraan, kesepadanan. Suami sang pemimpin didukung atau sokong oleh istrinya sang wakil pemimpin di dalam rumah. Prinsip hierarki dijalankan agar kehidupan ‘rumah tangga’ berlangsung dengan produktif.

–      Tuhan yang merancang kehidupan (pernikahan) dan pasangan kita; Dia peduli dan mengerti dan telah mengerjakan sebelum kita merasa membutuhkan teman hidup.

Mereka yang dipimpin memasuki kehidupan keluarga sepatutnya telah memiliki kemandirian totalitas: ekonomi, jasmani, rohani dll.